Selamat Datang Diblog Resmi PC. HIMMAH NW Lotim

SELAMAT DATANG DIBLOG RESMI PC. HIMMAH NW LOMBOK TIMUR

“ Media Informasi Intlektual Mahsiswa Nahdlatul Wathan “

Rabu, 30 November 2011

SUSUNAN KEPENGURUSAN DEWAN PIMPINAN CABANG
HIMPUNAN MAHASISWA NAHDLATUL WATHAN LOMBOK TIMUR
MASA BAKTI 2010-2011

I.       DEWAN PEMBINA
1.         PENGURUS DAERAH NW LOMBOK TIMUR
2.         TGH.Lalu Gede M.Ali Wiresakti Amir Murni, Lc., MA.
3.         Drs.H.Mugni Sn, SS., SH., M.Pd.
4.         Abdul Gafar, SS
5.         Irwan, S.Si
6.         Dzulmaidi Rahman, S.Sos.
7.         M.Alwi Farhanuddin, QH.,S.Sos.
8.         Sayardi, QH., S.Pd.I
9.         Adikusmawan

II.    PENGURUS HARIAN
Ketua umum : M. ZAINUDDIN
Ketua I : SAMSURIADI
Ketua II : SAIFUDDIN ZUHRI

Sekretaris Umum : HAMZANWARI
Sekertaris I : HAMZANI
Sekertaris II : WAHYU RUDIANTO

Bendahara Umum : SITI QOMARIAH
Bendahara I : LENA WIDIASTUTI
Bendahara II: ROHANI

III. DIVISI-DIVISI
A.    DIVISI KADERISASI DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI
1.      SUDAR MONO (Kordinator)
2.      ABUBAKAR TAHMID
3.      MARHAN
4.      AL-HAETAMI
5.      HUSNUL HOTIMAH
6.      MU’AWANAH

B.     DIVISI KAJIAN DAN PENELITIAN
1.      MUSABBIHIN  (Kordinator)
2.      ZAINUL HADI
3.      M.RIDWAN
4.      MUNAWAR HARDI HAFIZ
5.      SAPARDI
6.      SUSANA
7.      SA’RONI
8.      ZOHRIATUN

C.     DIVISI SOSIAL DAN DAKWAH
1.      NAZRI SAYUKI (Kordinator)
2.      RIDWAN
3.      M.ALAWI
4.      ZOHRATUN
5.      ROHMIATI
6.      KOMARUDDIN


D.    DIVISI KEHIMMAWATIAN
1.      MUSTIKA  NURHAYATI  UTAMI (Kordinator)
2.      PURNAWATI 
3.      KUDSIAH 
4.      SUSANTI
5.      MARIANI
6.      SURIAH

E.     DIVISI KERJASAMA INTERNAL DAN EKSTERNAL
1.      M. TOBRANI (Kordinator)
2.      ZAMRONI
3.      M. TAROFI
4.      M. TURMUZI
5.      SUDI HARTONO
6.      SUAIDIAH
7.      IPAN SATRIA


                                                              Ditetapkan di  : Mataram 
                                                              Pada tanggal   : 18  Muharam  1431 H.
                                                                                 25  Desember 2010 M.

DEWAN PIMPINA PUSAT (DPP)
HIMPUNAN MAHASISWA NAHDLATUL WATHAN ( HIMMAH NW)

Ketua
Sekertaris Jendral,





SAEFUDDIN ZUHRI, S.Ag., M.Pd.I.





M. ZAINUL AHZAN, S.Pd.I.

Senin, 28 November 2011

WAPA II PC.HIMMAH NW LOTIM

WaPA & MUSCAB VII
PC. HIMMAH NW LOMBOK TIMUR
   
   Bismillahi Wabihamdihi
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

           PC HIMMAH NW LOMBOK TIMUR akan mengadakan Wahana Pengkaderan Anggota (WAPA II) sebagai transformasi peningkatan kualits kader HIMMAH NW masadepan sehingga organisasi tetap exsis, karna dengan meingkatan kulitas kader semua tantangan organisasi bisa dinetralisir sesuai dengan landasan-landasan organisasi itu sendiri dan pada acra ini juga akan dilangsungkan dengan acara Musyawarah Cabang HIMMAH NW Lombok Timur yang VII. Acara ini Insya Allah akan berlangsung pada tanggal 18 s.d 21 Desember 2011, dengan rincian 3 Hari Wapa II dan 1 Hari Muscab VII .
       
       Serta Kami Umumkan sekaligus menghimbau kepada segenap Anggota HIMMAH NW yang sampai dengan saat ini belum mengikuti kegiatan WAPA II agar secepatnya mendaftarkan diri.
Adapun ketentuan secara umum dari WAPA II adalah sebagai berikut :

1. Mengisi Formulir Pendaftaran dan judul makalah diserahkan waktu mendaftar
2. Menyiapkan Makalah
· Judul bebas dengan pokok bahasan Pengembangan organisasi dan eksis tensi HIMMAH NW
· Minimal 10 Halaman dengan format penyusunan karya ilmiah yang berlaku
· Diserahkan paling lambat 5 hari sebelum kegiatan dimulai
 3.  Pernah mengikuti WAPA I dan dibuktikan dengan menunjukkan sertifikat asli   dan minimal pernah menjadi anggota 1 tahun.
4. Membayar Kontribusi Rp. 10.000
5. Peserta delegasi maksimal 10 Orang
6. Batas waktu pendaftaran dimulai sejak pengumuman ini dikeluarkan sampai tanggal 14 Desember 2011.

         Proses Pendaftaran dapat dilakukan langsung di Sekretariat PC HIMMAH NW Lombok Timur, Kompleks Ponren Syikh Zinuddin NW Anjani belakang kampus Baru STMIK SZ NW Anjani

       Hal-hal yang belum jelas dapat dikonsultasikan langsung saat mendaftar, atau melalui kontak yang tertera dibawah. Kami mengharapkan kepada anggota yang memiliki kesempatan untuk segera mendaftar, mengingat timing serta ketentuan jumlah peserta sangat terbatas.

      WAPA II dan MUSCAB VII merupakan program yang akan menentukan masa depan, keberlangsungan organisasi kita. Karena Kader dan Pimpinan adalah dua mata rantai dalam dinamika, Pernak-pernik Organisasi, yang akan memberikan ketentuan total apakah organisasi ini akan semakin jaya... atau tenggelam.

        Semoga Allah memberikan petunjuk bagi kita dalam berfikir dan beramal. Atas perhatian kami haturkan jazakumullahu khairan katsira.

  Wallahulmuaffiqu Walhady ila sabilirrasyad, 
  Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

CONTACT PERSON

· SAMSURIADI ( 081805548352)
   WAHYU RUDIANTO (08175784944)
   LENA WIDIASTUTI (0877630
· EMAIL     : pchimmahnwlotim@gmail.com
   WEBSITE : www.pchimmahnwlotim.blogspot.com

Minggu, 27 November 2011

MENGENAL SANG MAULANA DARI TANAH LOMBOK

Kelahiran
'Al-Mukarram Maulana al-Syaikh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid' dilahirkan di Kampung Bermi,Pancor,Lombok TimurNusa Tenggara Barat pada tanggal 17 Rabiul Awal 1316 Hijriah bertepatan dengan tanggal 5 Agustus 1898 Masehi dari perkawinan Tuan Guru Haji Abdul Madjid (beliau lebih akrab dipanggil dengan sebutan Guru Mukminah atau Guru Minah) dengan seorang wanita shalihah bernama Hajjah Halimah al-Sa'diyah.
Nama kecil beliau adalah 'Muhammad Saggaf', nama ini dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa yang sangat menarik untuk dicermati, yakni tiga hari sebelum beliau dilahirkan ayah beliau, TGH. Abdul Madjid, didatangi orang waliyullah masing-masing dari Hadramaut dan Magrabi. Kedua waliyullah itu secara kebetulan mempunyai nama yang sama, yakni "Saqqaf". Kedua waliyullah itu berpesan kepada TGH. Abdul Madjid supaya anaknya yang akan lahir itu diberi nama "Saqqaf" yang artinya "tukang memperbaiki atap". Kata "Saqqaf" di Indonesia-kan menjadi "Saggaf" dan untuk dialek bahasa Sasak menjadi "Segep". Itulah sebabnya beliau sering dipanggil dengan "Gep" oleh ibu beliau, Hajjah Halimah al-Sa'diyah.
Setelah menunaikan ibadah haji, nama kecil beliau tersebut diganti dengan 'Haji Muhammad Zainuddin'. Nama ini pun diberikan oleh ayah beliau sendiri yang diambil dari nama seorang ulama besar yang mengajar di Masjid al-Haram. Akhlak dan kepribadian ulama besar itu sangat menarik hati sang ayah. Nama ulama besar itu adalah Syaikh Muhammad Zainuddin Serawak, dari SerawakMalaysia.
[sunting]Silsilah
Silsilah Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tidak bisa diungkapkan secara jelas dan runtut, terutama silsilahnya ke atas, karena catatan dan dokumen silsilah keluarga beliau ikut hangus terbakar ketika rumahnya mengalami musibah kebakaran. Namun, menurut sejumlah kalangan bahwa asal usulnya dari keturunan orang-orang terpandang, yakni dan keturunan sultan-sultan Selaparang, sebuah kerajaan Islam yang pernah berkuasa di Pulau Lombok. Disebutkan bahwa Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid merupakan keturunan Kerajaan Selaparang yang ke-17.
Pendapat ini tentu saja paralel dengan analisa yang diajukan oleh seorang antropolog berkebangsaan Swedia bernama Sven Cederroth, yang merujuk pada kegiatan ziarah yang dilakukan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid ke makam Selaparang pada tahun1971, sebelum berlangsungnya kegiatan pemilihan umum (Pemilu).[3] Praktek ziarah semacam ini memang bisa dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya, termasuk masyarakat Sasak, untuk mengidentifikasikan diri dengan leluhurnya. Disamping itu pula, Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tidak pernah secara terbuka menyatakan penolakannya terhadap anggapan dan pernyataan-pernyataan yang selama ini beredar tentang silsilah ketununannya, yakni kaitan genetiknya dengan sultan-sultan Kerajaan Selaparang.

Keluarga
Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid adalah anak bungsu dari enam bersaudara. Kakak kandung beliau lima orang, yakni Siti Syarbini, Siti Cilah, Hajjah Saudah, Haji Muhammad Sabur dan Hajjah Masyitah.
Ayahnya TGH. Abdul Madjid yang terkenal dengan penggilan "Guru Mu'minah" adalah seorang muballigh dan terkenal pemberani. Beliau pernah memimpin pertempuran melawan kaum penjajah, sedangkan ibunya Hajjah Halimah al-Sa'diyah terkenal sangat salehah.
Sejak kecil al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid terkenal sangat jujur dan cerdas. Karena itu tidaklah mengherankan bila ayah-bundanya memberikan perhatian istimewa dan menumpahkan kasih sayang begitu besar kepada beliau. Ketika melawat ke Tanah Suci Mekah untuk melanjutkan studi, ayah-bundanya ikut mengantar ke Tanah Suci. Ayahnya-lah yang mencarikan guru tempat beliau belajar pertama kali di Masjid Haram dan sempat menemani beliau di Tanah Suci sampai dua kali musim haji. Sedangkan ibunya Hajjah Halimatus Sa'diyah ikut bermukim di Tanah Suci mendampingi dan mengasuh beliau sampai ibunya tercintanya itu berpulang ke rahmatullah tiga setengah tahun kemudian dan dimakamkan di Mu'alla Mekah.
Dengan demikian, tampak jelaslah betapa besar perhatian ayah-bundanya terhadap pendidikan beliau. Hal ini juga tercermin dari sikap ibunya bahwa setiap kali beliau berangkat untuk menuntut ilmu, ibunya selalu mendoakan dengan ucapan "Mudah mudahan engkau mendapat ilmu yang barakah" sambil berjabat tangan serta terus memperhatikan kepergian beliau sampai tidak terlihat lagi oleh pandangan mata. Pernah suatu ketika, beliau lupa pamit pada ibunya. Beliau sudah jauh berjalan sampai ke pintu gerbang baru sang ibu melihatnya dan kemudian memanggil beliau untuk kembali, Gep, gep, gep (nama panggilan masa kecil beliau), koq lupa bersalaman?, ucap ibu beliau dengan suara yang cukup keras. Akhirnya, beliau pun kembali menemui ibunya sembari meminta maaf dan bersalaman. Lalu sang ibu mendoakan beliau.Mudah-mudahan anakku mendapatkan ilmu yang barokah. Setelah itu beliau kemudian berangkat ke sekolah. Hal ini merupakan suatu pertanda bahwa betapa besar kesadaran ibunya akan penting dan mustajabnya doa ibu untuk sang anak sebagaimana ditegaskan dalam hadits Rasulullah SAW, bahwa doa ibu menduduki rangking kedua setelah doa Rasul. Bersambung 2

RIWAYAT IBNU SINA

Kehidupan Ibnu Sina dikenal lewat sumber - sumber berkuasa dimana sebuah autobiografi membahas tiga puluh tahun pertama kehidupannya, dan sisanya didokumentasikan oleh muridnya al-Juzajani, yang juga sekretarisnya dan temannya.
Ibnu Sina lahir pada tahun 370 (H) / 980 (M) di rumah ibunya Afshana, sebuah kota kecil sekarang wilayah Uzbekistan (bagian dari Persia). Ayahnya, seorang sarjana terhormat Ismaili, berasal dari Balkh Khorasan, dan pada saat kelahiran putranya dia adalah gubernur suatu daerah di salah satu pemukiman Nuh ibn Mansur, sekarang wilayah Afganistan (dan juga Persia). Dia menginginkan putranya dididik dengan baik di Bukhara.
Meskipun secara tradisional dipengaruhi oleh cabang Islam Ismaili, pemikiran Ibnu Sina independen dengan memiliki kepintaran dan ingatan luar biasa, yang mengizinkannya menyusul para gurunya pada usia 14 tahun.
Ibn Sina dididik dibawah tanggung jawab seorang guru, dan kepandaiannya segera membuatnya menjadi kekaguman diantara para tetangganya; dia menampilkan suatu pengecualian sikap intellectual dan seorang anak yang luar biasa kepandaiannya / Child prodigy yang telah menghafal Al-Quran pada usia 5 tahun dan juga seorang ahli puisi Persia. Dari seorang pedagan sayur dia mempelajari aritmatika, dan dia memulai untuk belajar yang lain dari seorang sarjana yang memperoleh suatu mata pencaharian dari merawat orang sakit dan mengajar anak muda.
Meskipun bermasalah besar pada masalah - masalah metafisika dan pada beberapa tulisan Aristoteles. Sehingga, untuk satu setengah tahun berikutnya, dia juga mempelajari filosofi, dimana dia menghadapi banyak rintangan. pada beberapa penyelidikan yang membingungkan, dia akan meninggalkan buku - bukunya, mengambil air wudhu, lalu pergi ke masjid, dan terus sholat sampai hidayah menyelesaikan kesulitan - kesulitannya. Pada larut malam dia akan melanjutkan kegiatan belajarnya, menstimulasi perasaannya dengan kadangkala segelas susu kambing, dan meskipun dalam mimpinya masalah akan mengikutinya dan memberikan solusinya. Empat puluh kali, dikatakan, dia membaca Metaphysics dari Aristoteles, sampai kata - katanya tertulis dalam ingatannya; tetapi artinya tak dikenal, sampai suatu hari mereka menemukan pencerahan, dari uraian singkat oleh Farabi, yang dibelinya di suatu bookstall seharga tiga dirham. Yang sangat mengagumkan adalah kesenangannya pada penemuan, yang dibuat dengan bantuan yang dia harapkan hanya misteri, yang mempercepat untuk berterima kasih kepada Allah SWT, dan memberikan sedekah atas orang miskin.
Dia mempelajari kedokteran pada usia 16, dan tidak hanya belajar teori kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada orang sakit, melalui perhitungannya sendiri, menemukan metode - metode baru dari perawatan. Anak muda ini memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan pada usia 18 tahun dan menemukan bahwa "Kedokteran tidaklah ilmu yang sulit ataupun menjengkelkan, seperti matematika dan metafisika, sehingga saya cepat memperoleh kemajuan; saya menjadi dokter yang sangat baik dan mulai merawat para pasien, menggunakan obat - obat yang sesuai." Kemasyuran sang fisikawan muda menyebar dengan cepat, dan dia merawat banyak pasien tanpa meminta bayaran.
Pada usia 17 tahun, Ibnu Sina berhasil menyembuhkan seorang raja di Bukhara, yaitu Nooh Ibnu Mansoor, setelah semua tabib terkenal yang diundang gagal menyembuhkan sang raja tersebut. Dan sebagai balasannya, Ibnu Sina diizinkan untuk membaca smeua buku-buku di perpustakaan setelah dia menolak pemberian hadiah sang Raja. 
Pekerjaan pertamanya menjadi fisikawan untuk emir, yang diobatinya dari suatu penyakit yang berbahaya. Majikan Ibnu Sina memberinya hadiah atas hal tersebut dengan memberinya akses ke perpustakaan raja Samanids, pendukung pendidikan dan ilmu. Ketika perpustakaan dihancurkan oleh api tidak lama kemudian, musuh - musuh Ibnu Sina menuduh din oa yang membakarnya, dengan tujuan untuk menyembunyikan sumber pengetahuannya. Sementara itu, Ibnu Sina membantu ayahnya dalam pekerjaannya, tetapi tetap meluangkan waktu untuk menulis beberapa karya paling awalnya.
Ketika Ibnu Sina berusia 22 tahun, ayahnya meninggal.Samanid dynasty menuju keruntuhannya pada Desember 1004. Ibnu Sina menolak pemberian Mahmud of Ghazni, dan menuju kearah Barat ke Urgench di Uzbekistan modern, dimana vizier, dianggap sebagai teman seperguruan, memberinya gaji kecil bulanan. Tetapi gajinya kecil, sehingga Ibnu Sina mengembara dari satu tempat ke tempat lain melalui distrik Nishapur dan Merv ke perbatasan Khorasan, mencari suatu opening untuk bakat - bakatnya. Shams al-Ma'äli Qäbtis, sang dermawan pengatur Dailam, seorang penyair dan sarjana, yang mana Ibn Sina mengharapkan menemukan tempat berlindung, dimana sekitar tahun (1052) meninggal dibunuh oleh pasukannya yang memberontak. Ibnu Sina sendiri pada saat itu terkena penyakit yang sangat parah. Akhirnya, di Gorgan, dekat Laut Kaspi, Ibnu Sina bertamu dengan seorang teman, yang membeli sebuah ruman didekat rumahnya sendiri idmana Ibnu Sina belajar logika dan astronomi. Beberapa dari buku panduan Ibnu Sina ditulis untuk orang ini ; dan permulaan dari buku Canon of Medicine juga dikerjakan sewaktu dia tinggal di Hyrcania. 
Ibnu Sina wafat pada tahun 1037 M di Hamadan, Iran, karena penyakit maag yang kronis. Ia wafat ketika sedang mengajar di sebuah sekolah. 
Pemikiran Ibnu Sina 
Di antara buku-buku dan risalah yang ditulis oleh Ibnu Sina, kitab al-Syifa’ dalam filsafat dan Al-Qanun dalam ilmu kedokteran dikenal sepanjang massa. Al-Syifa’ ditulis dalam 18 jilid yang membahas ilmu filsafat, mantiq, matematika, ilmu alam dan ilahiyyat. Mantiq al-Syifa’ saat ini dikenal sebagai buku yang paling otentik dalam ilmu mantiq islami, sementara pembahasan ilmu alam dan ilahiyyat dari kitab al-Syifa’ sampai saat ini juga masih menjadi bahan telaah.
Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama beberapa abad menjadi kitab rujukan utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit. Seiring dengan kebangkitan gerakan penerjemahan pada abad ke-12 masehi, kitab Al-Qanun karya Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis dan Jerman. Al-Qanun adalah kitab kumpulan metode pengobatan purba dan metode pengobatan Islam.  Kitab ini pernah menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di universitas-universitas Eropa.
Ibnu juga memiliki peran besar dalam mengembangkan berbagai bidang keilmuan. Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan menjalankan observatorium untuk ilmu perbintangan. Dalam masalah energi Ibnu Sina memberikan hasil penelitiannya akan masalah ruangan hampa, cahaya dan panas kepada khazanah keilmuan dunia.   
Dikatakan bahwa Ibnu Sina memiliki karya tulis yang dalam bahasa latin berjudul De Conglutineation Lagibum. Dalam salah bab karya tulis ini, Ibnu Sina membahas tentang asal nama gunung-gunung. Pembahasan ini sungguh menarik. Di sana Ibnu Sina mengatakan, “Kemungkinan gunung tercipta karena dua penyebab. Pertama menggelembungnya kulit luar bumi dan ini terjadi lantaran goncangan hebat gempa. Kedua karena proses air yang mencari jalan untuk mengalir. Proses mengakibatkan munculnya lembah-lembah bersama dan melahirkan penggelembungan pada permukaan bumi. Sebab sebagian permukaan bumi keras dan sebagian lagi lunak. Angin juga berperan dengan meniup sebagian dan meninggalkan sebagian pada tempatnya. Ini adalah penyebab munculnya gundukan di kulit luar bumi.” 
Ibnu Sina dengan kekuatan logikanya -sehingga dalam banyak hal mengikuti teori matematika bahkan dalam kedokteran dan proses pengobatan- dikenal pula sebagai filosof tak tertandingi. Menurutnya, seseorang baru diakui sebagai ilmuan, jika ia menguasai filsafat secara sempurna. Ibnu Sina sangat cermat dalam mempelajari pandangan-pandangan Aristoteles di bidang filsafat. Ketika menceritakan pengalamannya mempelajari pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina mengaku bahwa beliau membaca kitab Metafisika karya Aristoteles sebanyak 40 kali. Beliau menguasai maksud dari kitab itu secara sempurna setelah membaca syarah atau penjelasan ‘metafisika Aristoteles’ yang ditulis oleh Farabi, filosof muslim sebelumnya.
Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode yang penting. Periode pertama adalah periode ketika beliau mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada periode ini, Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran Aristoteles. Periode kedua adalah periode ketika Ibnu Sina menarik diri dari faham paripatetik dan seperti yang dikatakannya sendiri cenderung kepada pemikiran iluminasi.   
Berkat telaah dan studi filsafat yang dilakukan para filosof sebelumnya semisal Al-Kindi dan Farabi, Ibnu Sina berhasil menyusun sistem filsafat islam yang terkoordinasi dengan rapi. Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina adalah menjawab berbagai persoalan filsafat yang tak terjawab sebelumnya. 
Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa. Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun 1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap tentang filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang mengawinkan dunia Kristen dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya oleh para pemikir Barat.
Ibnu Sina merupakan seorang ahli geografi yang mampu menerangkan bagaimana sungai-sungai berhubungan dan berasal dari gunung-ganang dan lembah-lembah. Malahan ia mampu mengemukakan suatu hipotesis atau teori pada waktu itu di mana gagal dilakukan oleh ahli Yunani dan Romani sejak dari Heredotus, Aristoteles sehinggalah Protolemaious. Menurut Ibnu Sina " gunung-ganang yang memang letaknya tinggi iaitu lingkungan mahupun lapisannya dari kulit bumi, maka apabila ia diterajang lalu berganti rupa dikarenkan oleh sungai-sungai yang meruntuhkan pinggiran-pinggirannya. Akibat proses seperti ini, maka terjadilah apa yang disebut sebagai lembah-lembah."
Ibnu Sina juga telah memperkembangkan ilmu psikologi dalam perubatan dan membuat beberapa perjumpaan dalam ilmu yang dikenali hari ini sebagai ilmu perubatan psikosomatics "psychosomatic medicine". Beliau memperkembangkan ilmu diagnosis melalui denyutan jantung (pulse diagnosis) untuk mengenal pasti dalam masa beberapa detik sahaja ketidak - seimbangan humor yang berkenaan . Diagnosis melalui denyutan jantung ini masih dipratikkan oleh para hakim (doktor-doktor muslim) di Pakistan, Afghanistan dan Parsi yang menggunakan ilmu perubatan Yunani. Seorang doktor tabii dari Amerika (1981) melapurkan bahawa para hakim di Afghanistan, China, India dan Parsi sanggat berkebolehan dalam denyutan jantung di tempat yang dirasai tetapi mutunya yang pelbagai .Ini merangkumi :
  1. Kuat atau denyutan yang lemah.
  2. Masa antara denyutan.
  3. Kandungannya lembap di paras kulit dekat denyutan itu dan lain-lain lagi.

            Dari ukuran-ukuran denyutan jantung seseorang hakim mungkin mengetahui dengan tepat penyakit yang dihinggapi di dalam tubuh si pesakit. Ibnu Sina menyedari kepentingan emosi dalam pemulihan. Apabila pesakit mempunyai sakit jiwa disebabkan oleh pemisahan daripada kekasihnya , beliau boleh mendapati nama dan alamat kekasihnya itu melalui cara berikut:
Caranya adalah untuk menyebut banyak nama dan mengulanginya dan semasa itu jarinya diletakkan atas denyutan (pulse) apabila denyutan itu terjadi tidak teratur atau hampir-hampir berhenti , seseorang itu hendaklah mengulang proses tersebut. Dengan cara yang sedemikan , nama jalan , rumah dan keluarga disebutkan. Selepas itu , kata Ibnu Sina "Jika anda tidak dapat mengubat penyakitnya maka temukanlah si pesakit dengan kekasihnya , menurut peraturan syariah maka buatlah".(Terjemahan). Ibnu Sina adalah doktor perubatan yang pertama mencatatkan bahawa penyakit paru-paru (plumonary tuberculosis) adalah suatu penyakit yang boleh menjangkit (contagious) dan dia menceritakan dengan tepat tanda-tanda penyakit kencing manis dan masalah yang timbul darinya. Beliau sangat berminat dalam bidang mengenai kesan akal (mind) atas jasad dan telah banyak menulis berkenaan gangguan psikologi. 
Karya Ibnu Sina
Buku-buku yang pernah dikarang oleh Ibnu Sina, dihimpun dalam buku besar Essai de Bibliographie Avicenna yang ditulis oleh Pater Dominician di Kairo dan diantara beberapa karya Ibnu Sina ialah : 
  1. Qanun fi Thib (Canon of Medicine) (Terjemahan bebas : Aturan Pengobatan)
  2. Asy Syifa (terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu pengetahuan)
  3. An Nayyat (Book of Deliverence) buku tentang kebahagiaan jiwa.
  4. Al-Majmu : berbagai ilmu pengetahuan yang lengkap, di tulis saat berusia 21 tahun di Kawarazm
  5. Isaguji (The Isagoge) ilmu logika Isagoge : Bidang logika 
  6. Fi Aqsam al-Ulum al-Aqliyah (On the Divisions of the Rational Sciences) tentang pembahagian ilmu-ilmu rasional.
  7. Ilahiyyat (Ilmu ketuhanan) : Bidang metafizika 
  8. Fiad-Din yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi "Liber de Mineralibus" yakni tentang pemilikan (mimeral).
  9. Risalah fi Asab Huduts al-Huruf  : risalah tentang sebab-sebab terjadinya huruf - Bidang sastera arab
  10. Al-Qasidah al- Aniyyah : syair-syair tentang jiwa manusia - Bidang syair dan prosa
  11. Risalah ath-Thayr : cerita seekor burung. - Cerita-cerita roman fiktif
  12. Risalah as-Siyasah : (Book on Politics) – Buku tentang politik - Bidang politik
  13. Al Mantiq, tentang logika. Buku ini dipersembahkan untuk Abu Hasan Sahil. 
  14. Uyun Al Hikmah (10 jilid) tentang filsafat. Ensiklopedi Britanica menyebutkan bahwa kemungkinan besar buku ini telah hilang.
  15. Al Hikmah El Masyriqiyyin, tentang filsafat timur.
  16. Al Insyaf tentang keadilan sejati.
  17. Al Isyarat Wat Tanbihat, tentang prinsip ketuhanan dan kegamaan.
  18. Sadidiya, tentang kedokteran.
  19. Danesh Nameh, tentang filsafat.
  20. Mujir. Kabir Wa Saghir, tentang dasar-dasar ilmu logika secara lengkap.
  21. Salama wa Absal, Hayy ibn Yaqzan, al-Ghurfatul Gharabiyyah (Pengasingan di Barat)

Jumat, 25 November 2011

REFORMULASI SISTEM DAN KADERISASI: KEPEMIMPINAN NAHDLATUL WATHAN: MONARCY ATAU DEMOKRASI?

TEMA  DIDISKUSIKAN PADA ACARA DIKLAT PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN KOORDINATOR WILAYAH HIMMAH NW NTB, TGL 25 JUNI 2011 DI AULA PONPES DARUSSALIMIN SENGKOL MANTANG)

KEPEMIMPINAN NAHDLATUL WATHAN

                Permasalahan yang sering terjadi pada ORGANISASI  adalah masalah kepemimpinan sebab pola kepemimpinan dalam organisasi itu tidak terlepas dari tiga cara pandang yang berbeda.
1.    kepemimpinan dapat dipandang sebagai kemampuan yang melekat dalam diri individu atau orang perorang. Hal ini berarti aspek tertentu dari seseorang tidak memberikan sesuatu penampilan berkuasa dan menyebabkan orang lain menerima perintahnya sebagai suatu yang harus diakui. Individu yang memiliki kekuasaan tersebut diyakini mendapat bimbingan wahyu, memiliki kualitas yang sakral dan menghimpun massa dari masyarakat kebanyakan. (Franklin S. Haiman, Leadership and Democratic Action, (Houghton: Mifflin Company, 1951), h. 19. Kepemimpinan yang bersumber dari kekuasaan luar biasa itu disebut kepemimpinan kharisma atau charismatic authority. Kepemimpinan jenis ini didasarkan pada identifikasi psikologis seseorang dengan orang lain.
2.    kepemimpinan terletak bukan pada diri kekuasaan individu, melainkan dalam jabatan atau status yang dipegang oleh individu. Menurut Max Weber, kekuasaan yang bersandar pada tata aturan disebut legal authority artinya atoritas legal diwujudkan dalam organisasi birokratis, tanggung jawab pemimpin dalam mengandalkan organisasi tidak ditentukan penampilan kepribadian dan individu melainkan dari prosedur aturan yang telah disepakati. Unsur-unsur emosional di kesampingkan dan diganti unsur rasional. (Max Weber, The Theory of Social and Economic Organization, (New York: The Free Press 1966), h. 358.)
                ORGANISASI NW, dalam hal ini amat sangat terkesan dengan kepemimpinan kharismatik dan tradisional yang biasanya Max Weber menggunakan istilah authority: charismatic authority, legal authority dan traditional authority. Sehingga struktur masyarakat tradisional seperti pondok pesantren akhirnya memiliki gambaran kepemimpinan dengan gaya paternalistik baik dalam fungsi kepemimpinan maupun dalam corak masyarakatnya. Masyarakat yang bercorak demikian, disebabkan oleh faktor-faktor seperti kuatnya ikatan primordial, kehidupan masyarakat yang kumulalistik,  peranan adat istiadat yang sangat kuat dalam kehidupan sehari-hari dan kokohnya hubungan pribadi yang lazim antara anggota kumunitas dengan kumunitas yang lainnya serta adanya extended family system.
KEPEMIMPINAN KHARISMATIK MAMPUKAH BERTAHAN?
       Pada tahap-tahap pertama berkembangnya sebuah Organisasi  dan komunitas suatu masyarakat,  memang diperlukan kepemimpinan dengan sifat-sifat sedemikian itu, tetapi pada tahap-tahap selanjutnya banyak kerugian yang ditimbulkannya.
       Pertama, munculnya ketidakpastian dalam perkembangan pesantren yang bersangkutan, karena semua hal bergantung kepada keputusan pribadi sang pemimpin. Seringkali proses pengembangan yang direncanakan dengan sadar harus terhenti tanpa dapat diselesaikan dengan tuntas, hanya karena kepemimpinan yang ada kekurangan stamina untuk melanjutkannya, atau sebab-sebab lain yang bersifat pribadi.
       Kedua, sulitnya keadaan bagi tenaga-tenaga pembantu (termasuk calon pengganti yang kreatif) untuk mencoba menerapkan pola-pola pengembangan yang sekiranya tidak diterima oleh kepemimpinan yang ada. Termasuk dalam kesulitan ini adalah sukarnya membuat perkiraan tentang tanggapan yang akan diberikan oleh sang pemimpin atas suatu usulan apakah tanggapan itu bersifat negatif atau positif.
       Kesulitan seperti ini menstimulus mereka untuk merencanakan pengembangan pola-pola baru. Salah satu bentuk kesulitan ini adalah watak fasif yang  dimiliki pesantren dalam pengembangan dirinya, sehingga menunggu ajakan dari luar saja. Itupun terkadang dilakukan tanpa pengertian penuh akan maksud baik dan tujuan ajakan dari luar itu.
       Ketiga, pola pengantar kepemimpinan berlangsung secara tiba-tiba dan tidak direncanakan, sehingga lebih banyak ditandai oleh sebab-sebab alami, seperti meninggalnya sang pemimpin secara tiba-tiba. Pola pergantian pimpinan yang berlangsung secara demikian itu seringkali membawa perbedaan pendapat dan saling berlawanan di antara calon-calon pengganti. Upaya untuk mengganti perbedaan pendapat seringkali mengambil waktu sangat panjang yaitu hingga tegaknya kepemimpinan karismatis yang baru.
       Keempat, terjadinya pembauran dalam tingkat-tingkat kepemimpinan di ORGANISASI NW  untuk tingkat lokal, regional, dan nasional. Seorang pemimpin ORGANISASI NW  yang mencapai peningkatan pengaruh sebagai akibat semakin meluasnya daerah asal yang dijangkau oleh pola penerimaan masyarakatnya, seringkali tidak dapat mengimbangi peningkatan pengaruh itu dengan peningkatan kualitas kepemimpinan yang sanggup melintasi perbedaan tingkat-tingkat yang dihadapi. Cakrawala pemikirannya seringkali masih sangat bersifat lokal, paling tinggi bersifat regional. Jarang ada yang mau memandang kepada ufuk nasional dalam pengembangan organisasi, sehingga tidak banyak meliputi organisasi yang dikelolanya sendiri atau lembaga-lembaga lain yang ada di sekelilingnya.
       Kesemua kerugian yang disebutkan di atas, tidak berarti harus dihilangkan kepemimpinan kharismatis yang menuntut pola kepemimpinan yang lebih direncanakan dan dipersiapkan sebelumnya. Kharisma yang ada dengan demikian akan diperkuat dengan beberapa sifat baru yang mampu menghilangkan kerugian di atas. Prinsip utama yang digunakan adalah dikenal kalangan pesantren sendiri yaitu “ memelihara hal-hal yang baik yang telah ada, sambil mengembangkan hal-hal yang baik”.
                (المحافظة على القديم الصالح والأخذ بالجديد الأصلح ), memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik. (Nurcholis Madjid, Cita-cita Politik Islam Era Reformasi, Jakarta : Paramadina, 1999, cet. 1. h. xliv.
KEPEMIMPINAN PATERNALISTIK APAKAH ADA DI ORGANISASI NW?
                Tipe kepemimpinan semacam paternalistic sangat dominan dilihat dari kriteria sebagai kepemimpinan kebapakan, dengan menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, selalu bersikap terlalu melindungi (over protective), jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan sendiri, bahkan hampir-hampir tidak pernah memberikan kesempatan untuk mengembangkan imajinasinya dan daya kreativitas mereka sendiri, dan yang paling patal adalah selalu merasa diri paling tahu dan maha benar.Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Pemimpin Abnormal itu?, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2001), cet. 9. H. 69-70.
KEPEMIMPINAN POPULIS DI NW
                Kepemimpinan populistis secara teoritis menjelaskan bagaimana kepemimimpinan yang membangun solidaritas, dan bersikap hati-hati dalam mengambil suatu kebijakan yang mengarah kepada persoalan orang banyak, dan kepemimpinan populis ini berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisional. Sebutan pemimpin mucul ketika seseorang  memiliki kemampuan mengetahui prilaku orang lain, mempunyai keperibadian khas, dan mempunyai kecakapan tertentu yang jarang didapat orang massa (populis).
                Kepemimpinan  ORGANISASI NW  selama ini pada umumnya bercorak alami. Baik pengembangan pesantren  dan masyarakat maupun proses pembinaan calon pimpinan yang akan menggantikan pimpinan yang ada, belum memiliki bentuk yang teratur dan tetap. Dalam beberapa hal, pembinaan dan pengembangan masyarakat dan organisasi seperti itu dapat juga menghasilkan kesinambungan (kontinuitas) kepemimpinan yang baik, tetapi pada umumnya hasil yang demikian itu tidak tercapai. Sebagai akibat sering kali terjadi penurunan kualitas kepemimpinan dengan berlangsungnya pergantian pimpinan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS
                Secara teoritis, kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia, dan memberikan bimbingan yang efesien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal dan kerjasama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis ini bukan terletak pada person atau individu pemimpin akan tetapi kekuatan justru terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga  kelompok. Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengar nasihat dan sugesti bawahan, juga bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing, mampu memamfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat. Kepemimpinan demokratis sering juga disebut sebagai kepemimpinan group developer.
KEPEMIMPINAN KITA KE DEPAN HARUS BAGAIMAN?
       Pertama, kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan ini menekankan pada tugas yang diemban oleh bawahan. Pemimpin adalah seorang mendesign pekerjaan beserta mekanismenya, dan stafnya adalah orang yang melakukan tugas yang sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. (Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership : Menuju Sekolah Efektif,  (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2005), h. 75.
       Kedua, kepemimpinan Transformasional, kepemimpinan ini hadir untuk menjawab tantangan zaman yang penuh perubahan. Zaman yang dihadapi saat ini bukan zaman ketika manusia menerima segala apa yang menimpanya, tetapi zaman di mana manusia dapat mengkritik dan meminta yang layak dari apa yang diberikannya secara kemanusiaan. Bahkan dalam termenologi Maslow, manusia di era ini adalah manusia yang memiliki keinginan mengaktualisasikan dirinya, yang berimplikasi pada bentuk pelayanan dan penghargaan terhadap manusia itu sendiri.
       Kepemimpinan transformasional tidak saja didasarkan pada kebutuhan akan penghargaan diri, tetapi menumbuhkan kesadaran pada pemimpinan untuk berbuat yang terbaik sesuai dengan kajian perkembangan managemen dan kepemimpinan yang memandang manusia, kinerja, dan pertumbuhan organisasi adalah sisi yang paling berpengaruh.  Abraham H. Maslow, Motivasi dan Kepemimpinan,  terj. Nurul Iman, (Jakarta : Pustaka Brinama Presindo, 1984) cer.1. h. 41.
       Ketiga, kepemimpinan visioner, merupakan kemampuan pemimpin dalam mencipta, merumuskan mengkomunikasikan, mensosialisasikan, mentransformasikan dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial di antara organisasi dan stakeholders yang diyakini sebagai cita-cita organisasi di masa depan yang harus diraih dan diwujudkan melalui komitmen semua personel.
       Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seorang pemimpin dalam berperilaku dipengaruhi paling tidak oleh empat faktor yang melatarbelakanginya.
       Pertama, faktor keluarga yang langsung maupun tidak langsung telah melekat pada dirinya.
       Kedua, latar belakang pendidikannya yang sangat berpengaruh dalam pola pikir, pola sikap, dan tingkah lakunya.
       Ketiga, pengalaman yang mempengaruhi kebijaksanaan dan tindakannya.
       Keempat lingkungan masyarakat sekitar yang akan menentukan arah yang harus diperankannya.
       KITA SEKARANG HANYA GENERASI MUDA YANG SAAT INI SEDANG BERMIMPI UNTUK MENCAPAI SESUATU.....
       BESOK  MERUPAKAN SELEKSI AKHIR BAGI KITA UNTUK MEWUJUDKAN MIMPI-MIMPI KITA DISAAT MUDA DULU
       NANTI ADALAH AKHIR DARI PENGABDIAN YANG SUKSES YANG DIWARISI OLEH GENERASI KITA BERIKUTNYA.....
       WALLAHU A’LAM BI AL-SHAWAB.
                                                SEKIAN DAN TERIMA KASIH